Sunday 12 April 2015

Ketika BDSM dianggap Romantis

Taun 2015 ini emang banyak banget film-film yang bikin heboh, salah satu yang paling nyedot perhatian yaitu “Fifty Shades of Grey”. FSoG merupakan seri pertama trilogy dari novel karya EL James dengan judul yang sama. Sebelum film itu dirilis, ane iseng-iseng ngadain survey kecil. Tujuan survey ane cuma pengen tau, apa sih alesan orang-orang pada suka sama novelnya? Kebanyakan jawab, romantis.

Well…perlu kalian tau, sebenernya trilogy fifty shades adalah novel vulgar yang sarat banget sama nuansa erotis. Nyeritain seorang jutawan muda, ganteng, single tapi punya kelainan seksual bernama Christian Grey. Dalam sebuah wawancara, Grey ketemu sama Anastasia Stelle, seorang mahasiswa biasa yang menurut Grey punya “sesuatu”.

Dengan kekayaan dan pesona yang dimilikinya, Grey bisa dapetin cewek manapun yang ia pengen. Setiap hari, dikantornya, Grey dikelilingi asisten-asisten berbody aduhai dengan pakaian ketat dan rambut pirang yang sexy. Entah kenapa Grey justru lebih ngeh sama Stelle yang notabene jauh dari kata menarik. Singkat cerita, si Grey berhasil ngedapetin perhatian Stelle. Meskipun ngakunya bukan orang yang romantis, nyatanya Grey berhasil ngasih banyak kejutan buat Stelle termasuk mobil mewah di hari kelulusan Stelle.

Hubungan Stelle sama Grey makin lengket kayak perangko, pelan-pelan Grey mulai ngasih tau seperti apa dirinya. Grey adalah penganut BDSM, Bondage-Discipline (BD), Domination-Submission (DS), Sadism-Masacochism (SM), penyimpangan perilaku seksual dimana ia memperlakukan pasangan seperti budak, pelayan (kalo pengen lebih jelas googling aja di google imej dengan keyword BDSM, tapi siapin mental dulu). Setelah tau seperti apa sebenernya Grey, Stelle bukannya ngejauh malah ia makin deket sampe akhirnya ia tanda tangan kontrak buat jadi “budak”-nya Grey.
Gambar: Ilustrasi BDSM

Hubungan panas mereka pun berjalan, Stelle mulai menikmati perannya sebagai budak. Tapi lambat laun, Grey jadi possesif terhadap Stelle. Ngerasa hidupnya mulai gak nyaman karena diikutin terus sama si Grey, Stelle akhirnya mutusin buat ninggalin Grey dengan segala konsekuensinya. Adegan ditutup dengan perpisahan di sebuah lift, persis seperti waktu pertama mereka ketemu.

Nah, dari cuplikan cerita tersebut mungkin kalian bertanya-tanya romantisnya dimana? Pertanyaan itu pula yang sebenernya ada di pikiran ane. Apa karena Grey itu tajir jadi penyimpangan seksualnya dianggap romantis? Kalo cowok biasa yang naik Mio punya kelainan kayak gitu, masih dianggap romantis juga gak?

Apa perilaku BDSM kini dianggap sesuatu yang romantis? Entahlah, ane belum nemu jawaban yang pasti dari para pencinta novel tersebut yang konon kebanyakan adalah kaum hawa. Kalo menurut ane sih, FSoG—baik novel maupun filmnya—lebih mirip novel/film esek-esek ketimbang film romantis. Bedanya, dana pembuatan film FSoG pastinya gede dibandingin film-film JAV. Ane bersyukur film ini dilarang tayang di Indonesia. ^^

Ikeh..ikeh..Kimochi.


No comments:

Post a Comment

No Spam, SARA.

Jumlah Pengunjung